Monday, May 18, 2009

Punk Moeslem

Pergumulan Zaki dengan komunitas anak-anak Punk bermula ketika ia bergaul dengan teman-teman komunitas Punk di kawasan Pulo Gadung, Ramadhan setahun yang lalu (2007). Ketika itu, Zaki menjadi Event Organigizer (EO) sebuah pertunjukan musik di sebuah kampus. Ia sering mengundang komunitas Punk dalam kegiatan pertunjukan musik di mall-mall, kampus dan sekolah-sekolah.

Di komunitas band underground itulah, Zaki bertemu dengan (almarhum) Budi Khaironi, orang yang paling disegani di komunitas Punk tersebut. Sebelum meninggal akibat kecelakan motor, Zaki teringat kata-kata yang pernah diucapkan pimpinan komunitas Punk itu = "Bang Zaki, tolong bimbing teman-teman kami (secara spiritual)."

Lalu siapa sesungguhnya Budi Khaeroni (32 th)? Dia adalah anak jalanan jebolan pesantren yang terjun ke jalan. Selain ngeband dan mengamen, Budi pernah menjadi Ketua Panji (Persaudaaran Anak Jalanan Indonesia).

Perlu diketahui, setiap wilayah di Indonesia, mereka punya persaudaraan, komunitasnya sekitar 5000-an (tahun 2007), rata-rata muslim. Jika ada teman-teman yang terjaring trantib, Budi-lah yang mengurus untuk membebaskan rekannya itu. Di usia muda, tepatnya 23 Mei 2007 lalu, Budi meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas, meskipun sempat dirawat selama tiga hari di Rumah Sakit UKI.

Ternyata Budi Khaeroni tidak sendiri. Ada seorang rekan yang memiliki misi sama untuk mengisi ladang dakwah ini di tengah komunitas anak Punk. Ia adalah Bowo, anak Kiai jebolan pesantren yang juga habis waktunya di jalan. Sejak itulah, Zaki merasa mendapat dukungan penuh.

Sebagai generasi Punk yang tobat, Budi dan Bowo merasa prihatin dan gerah melihat teman-teman yang mengalami disorientasi dalam hidupnya. Keprihatinan itulah yang mendorong Zaki, Budi dan Bowo menarik anak-anak Punk yang sudah bosan dengan jalan hidupnya. Ngeband dan mengaji adalah kultur baru yang hendak ditularkan ke generasi Punk. Mereka menyebut identitas kelompoknya dengan sebutan Punk Moeslem. Saat ngeband, syairnya pun bernuansakan Islami. Ketika Islam menjadi basic, mereka mulai malu saat berbuat maksiat.

Punk Moeslem lahir karena keprihatinan seorang Budi (almarhum), akan kondisi kaum muda yang berada dikomunitas Punk, hidup tanpa orientasi (anti kemapanan) dan meninggalkan agamanya. Punk Moeslem itu didirikan sejak Ramadhan 1427 H (2007). Sebelum berdiri Punk Moeslem, Budi sempat mendirikan Warung Udix Band yang berdiri 7 tahun yang lalu dan sempat mengeluarkan album indielabel "Anak Bayangan". Di Warung Udix, ia merekrut anak-anak punk dan mengajarkan pendidikan Islam.

Kalau orang bangga dengan kemusrikan dan dosa-dosa yang mereka lakukan, tapi Punk Moeslem bangga dengan agama mereka (Islam). Biar mereka anak jalanan, brutal, tapi anak-anak Punk Moeslem tetap punya Tuhan.

Meski Zaki bekerja di sebuah lembaga sosial Dompet Dhuafa (DD), ia tak diminta untuk berdakwah atas nama institusinya. Secara pribadi, Zaki merasa terpanggil. Tak sia-sia, hasil dari dakwah itu, tak sedikit anak-anak Punk yang hijrah dan mulai pandai mengaji. Sebut saja, Lutfie yang meninggalkan dunia obat dan minuman keras. "Harapan saya ke depan, mereka dapat menjadi agen perubahan bagi teman-teman yang lain", jelas Zaki.

from : marrabunta

No comments:

Post a Comment